Foto: Gaza Terbaru (REUTERS/STRINGER)
Jakarta, CNBC Indonesia – Israel masih terus melakukan serangan di Gaza, Palestina. Total sudah 25 hari Israel menggempur wilayah itu tanpa henti.
Sejak 7 Oktober hingga Selasa, Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 8.525 orang tewas. Sebanyak 3.500 adalah anak-anak.
Meski beberapa pihak meneriakkan gencatan senjata dan menyebut Israel melalukan genosida, pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu malah semakin beringas. Kemarin malam, serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi terbesar di Gaza Utara, Jabalia.
Menurut perkitaan Rumah Sakit Indonesia yang mengevakuasi korban total 400 orang tewas dan terluka dalam serangan. “Jumlah awal korban syahid dan terluka dalam serangan pendudukan di Jabalia adalah 400 orang,” tegas Direktur RS Indonesia, Dr Atef Al-Kahlot saat konferensi pers, dikutip CNBC International dari NBC Rabu (1/11/2023).
Foto: REUTERS/STRINGER Mayat-mayat warga sipil tewas dalam serangan rudal Israel di Jabaliah (REUTERS/Fadi Whadi TPX IMAGES OF THE DAY) |
Ia mengatakan pencarian korban lain masih dilakukan. Orang-orang mungkin masih terkubur di bawah reruntuhan di Jabalia.
“Kami menekankan perlunya menyediakan bahan bakar untuk melanjutkan pekerjaan yang diperlukan di rumah sakit,” tambahnya.
“Kehabisan bahan bakar akan menyebabkan bencana kemanusiaan, dan kami menyerukan pembukaan penyeberangan Rafah untuk membantu korban luka. Sebagian besar korban tewas dan terluka mengalami luka serius, yang mengindikasikan penggunaan berbagai jenis senjata,” jelasnya.
Foto: Kamp Jabalia (Tangkapan Layar Google Maps) Kamp Jabalia (Tangkapan Layar Google Maps) |
Jabalia sendiri merupakan wilayah padat. Daerah itu menampung keluarga pengungsi dari perang dengan Israel sejak tahun 1948.
Dalam laporan lain, mengutip AFP, sudah 50 orang dilaporkan tewas sementara ribuan luka. Kemungkinan angka akan semakin bertambah.
Sementara itu, militer Israel mengkonfirmasi serangan tersebut. Israel mengatakan bahwa operasi tersebut “membunuh” Ibrahim Biari, komandan brigade Jabalia Hamas, yang terkait dengan serangan 7 Oktober.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht, juga membenarkan. Kepada CNN International, ia mengatakan serangan itu menargetkan “seorang komandan Hamas yang sangat senior di daerah itu”.
“Kami sedang menyelidikinya dan kami akan mengeluarkan lebih banyak data seiring kami mempelajari apa yang terjadi di sana,” katanya.
Makin gencarnya serangan Israel dilakukan pasca Netanyahu menolak seruan internasional untuk “jeda kemanusiaan” untuk pengiriman bantuan darurat kepada warga sipil yang menderita akibat kekurangan makanan, obat-obatan, air minum dan bahan bakar. Ia bahkan berjanji melanjutkan rencana untuk memusnahkan Hamas meski korban warga Gaza makin banyak.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan perlindungan warga sipil yang terperangkap dalam konflik. Ia menekankan perlunya perilaku proporsional dan tindakan pencegahan oleh semua pihak.
“Hukum humaniter internasional menetapkan aturan jelas yang tidak dapat diabaikan. Ini bukan menu a la carte dan tidak dapat diterapkan secara selektif,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan.